(Date A Live LN)
Prolog: The Beast of Demise
— Raungan bergema di langit hitam.
Ya, meskipun itu berbentuk manusia, binatang itu jelas adalah monster.
Tidak ada keinginan, tidak ada ego, hanya sekelompok tirani yang menuju kehancuran. Avatar kehancuran luar biasa. Penampilannya yang bercahaya memberi kesan makhluk mitos dan siapa pun yang melihatnya akan menderita bentuk ketakutan yang paling murni dan paling mendasar.
Reiryoku berputar-putar di sekitarnya sebagai intinya, dan memotong pohon dalam radius ledakannya. Di malam tanpa bulan ini, cahaya yang dipancarkan darinya begitu menyilaukan.
“Kamu pasti bercanda……….”
Sambil mendengar suara gemuruh yang mengguncang udara, langit, dan bumi, Kotori mengepalkan tinjunya seolah menghentikan jari-jarinya yang gemetar.
Gemetar itu mungkin disebabkan oleh ketakutannya yang terkendali. Tapi, itu bukan disebabkan oleh raungan monster yang dia lihat sekarang ——— lebih tepatnya, itu mungkin disebabkan oleh emosi karena apa yang akan dia lakukan sekarang.
Iya. Kotori diam-diam telah mengambil keputusan di dalam hatinya bertahun-tahun yang lalu. Dia dibebani dengan misi ini.
Jika monster ini muncul.
Dia akan menggunakan tangannya untuk —- membunuhnya.
Tapi, hal pertama yang kembali ketika dia melihatnya bukanlah rasa tanggung jawab atau niat membunuhnya; itu hanya kesedihan dan penyesalan murni.
Mengapa hal-hal menjadi seperti ini? Mungkin ada banyak cara untuk mencegahnya? Pikiran itu berputar-putar di dalam benaknya dan itu membuatnya kesulitan bernapas.
Tapi, sudah terlambat.
Semuanya sudah beres.
Semuanya —– telah berakhir.
Yang tersisa adalah Kotori menutup gorden.
Kotori memanggil nama [Monster] dengan suara yang menyakitkan.
“Kenapa …………. Hanya kenapa, Shidou ………!”